PWM Sumatera Utara - Persyarikatan Muhammadiyah

 PWM Sumatera Utara
.: Home > Berita > Muhammadiyah Harus Antisipasi Perubahan Era Digital

Homepage

Muhammadiyah Harus Antisipasi Perubahan Era Digital

Sabtu, 09-06-2018
Dibaca: 1734

 

 

 

 

 

 

 

Panyabungan Madina – Pengkajian Ramadan 1439 H yang diselenggarakan PW Muhammadiyah Sumatera Utara di Kota Panyabungan Mandailing Natal dihadiri sekitar 150 peserta yang hadir dari berbagai daerah di Sumatera Utara. Pengkajian yang diikuti PH PW Muhammadiyah, Pimpinan Ortom, Ketua Majelis dan Lembaga PWM Sumut serta Pimpinan Daerah Muhammadiyah se-Sumatera Utara.

 

Pengkajian yang berlangsung 2-3 Juni 2018 di Hotel Madina Sejahtera itu dubuka secara resmi oleh Ketua PW Muhammadiyah Sumatera Utara Hasyimsyah Nasution. Pengkajian yang berlangsung selama dua hari mengambil tema KEADABAN DIGITAL, DAKWAH PENCERAHAN ZAMAN MILENIAL.

 

Pengkajian menyajikan dua sesi bahasan. Pertama menampilkan narasumber Prof. Dr. Hasyimsyah Nasution MA dan Prof. Dr. Nawir Yuslem. Keduanya adalah peserta pengajian PP Muhammadiyah di Yoqjakarta. Pada sesi kedua, menampilkan penceramah Dr. Mohammad Qorib dan Drs. Irwan Syahputra. Dua sesi pengkajian ini membahas tema yang sama dengan aspek bahasan yang berbeda.

 

Dijelaskan bahwa kini dunia global sedang memasuki revolusi industry keempat yang juga disebut sebagai era digital ( digital age ). Era ini ditandai dengan perkembangan dan peran teknologi informasi dan komunikasi TIK atau ICT yang memengaruhi kehidupan umat manusia, tidak hanya pada cara berkomunikasi tapi juga pada cara pikir dan bahkan cara beragama. Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi besar dengan usia lebih dari satu abad tidak boleh abai dengan perkembangan ICT itu karena perkembangannya sangat memberi pengaruh pada kehidupan umat.

 

Salah satu tantangan yang dihadapin adalah, pola dakwah dan pola gerakan Muhammadiyah harus dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan zamannya, yakni zaman digital. Disadari bahwa perkembangan teknologi itu telah memengaruhi kehidupan manusia bagi pada sisi positif maupun negatif. Aspek negative yang sangat dirasakan adalah pada perubahan tatakrama, tatanan social, tumbuh dan berkembangnya kejahatan cyber yang mencengangkan karena modusnya sulit diduga. Yang sangat mengkuatirkan adalah munculnya budaya hebrida yang instan dan permisif, pemikiran yang dangkal, perilaku social yang negative serta ekstrimis keberagamaan.

 

Maka secara keadaban, era digital ini menjadi sebuah tantangan serius. Lalu bagaimana pola gerak dan pola dakwah Muhammadiyah ? Mau tidak mau Muhammadiyah harus menjawabnya, bila tidak maka Muhammadiyah akan menjadi satu gerakan yang jumud, tidak berkemajuan sesuai zamannya. Untuk itu maka Muhammadiyah perlu melakukan kajian, evaluasi dan menata ulang pola dakwahnya dari cara-cara yang sangat konvensional menjadi pola dakwah antara paduan konvensional dan digital. Bagaimanapun, pola konvesional masih menjadi menjadi bagian dari kebutuhan sebagian umat sementara dakwah digital menjadi kebutuhan sebagian umat lainnya.

 

Salah satu upaya yang harus dilakukan Muhammadiyah adalah mencoba melakukan pola dakwah partisipatif sebagaimana ditetapkan pada Muktamar Muhammadiyah ke 47 di Makasar lalu. Untuk itu diperlukan sinergi dan integrase dakwah yang off-line yang berbasis masa melalui ceramah verbal / konvesional dengan dakwah bil-qalam melalui media online agar gerakan dakwan pencerahan dan berkemajuan dapat menjawab tantangan zaman, Untuk itu, Muhammadiyah harus melibatkan diri pada proses perubahan zaman kekinian yang digital untuk tidak menjadi organisasi yang tertinggal jauh di zamannya.

 

SOSIALISASI BPOM SUMUT

 

Pengkajian ditandai dengan berlangsungnya sosialisasi oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) seputar makanan yang sehat dan halal. Kepala BPOM Drs. Julius Sacramento Tarigan menjelaskan secara detail seputar ancaman dari makanan dan obat-obatan yang banyak dikonsumsi masyarakat yang mengandung zat yang berbahaya seperti formalin dan zat pewarna.

 

Julis Sacramento menyebutkan berbagai contoh agar dapat diwaspadai. Misanya, tertangkapnya produk cincau atau lengkong yang berformalin di kawasan Langkat menjadi salah satu contoh betapa besarnya ancaman yang berasal dari makanan yang kita konsumsi.

 

Demikian juga dari makanan ikan basah dan kering yang tidak bebas dari bahan pengawet. Julius mengatakan Muhammadiyah dapat menjadi mitra strategis BPOM untuk mengadvokasi masyarakat untuk mengatasi berbagai persoalan makanan yang tidak layak konsumsi itu.

 

Pada kesepatan yang sama dokter spesialis bedah kangker dr, Kamal Basri Siregar menegaskan bahwa salah satu penyebab kanker adalah makanan yang salah, selain formalin adalah makanan yang berisi zat penyedap makanan, kata Kamal Basri. (SHD/MPISU)


Tags:
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori:



Arsip Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website