PWM Sumatera Utara - Persyarikatan Muhammadiyah

 PWM Sumatera Utara
.: Home > Berita > Catatan Perjalanan Ketua PWM Sumut Melaksanakan Ibadah di Masjid Nabawi

Homepage

Catatan Perjalanan Ketua PWM Sumut Melaksanakan Ibadah di Masjid Nabawi

Selasa, 06-11-2012
Dibaca: 2161

Oleh Asmuni / Guru Besar IAIN SU, UMSU dan Ketua PWM Sumut)

 

Haji merupakan salah satu rukun Islam yang kelima. Seluruh umat Islam dari berbagai penjuru dunia hadir di tanah suci demi merealisasikan ketundukan dan kepatuhannya kepada Allah. Kami berangkat dari Medan pada tgl 29 September 2012 jam 700 

pagi menuju bandara King Abdul Aziz Jeddah. Selama dalam perjalanan menuju Jedah, para calon jamaah haji dalam pesawat Garuda yang berkapasitas 544 orang itu, semuanya dalam keadaan baik walaupun terasa lelah. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 7,5 jam, akhirnya sampailah kami yang berjumlah 449 orang ke bandara King Abdul Aziz kurang lebih jam 1400 WAS. Sebagai calon haji yang telah dibekali dengan kepasrahan, selama dalam pesawat penuh dengan zikir dan doa.

 

Sesampainya di Jedah, langsung mengerjakan salat zuhur dan asar jamak qasar berjamaah. Setelah istirahat dan penyusunan barang-barang peserta calon haji lebih kurang dua jam, maka perjalanan dilanjutkan menuju kota Madinah. Sampai di sana kurang

 lebih sudah jam 10 malam dan langsung menginap di hotel al- Khamri. Jarak dengan masjid nabawi hanya sekitar 400 M dan baru salat subuh dapat berjamaah di sana. Dominasi perasaan yang dipengaruhi oleh kondisi objektif yang ada menjadikan perasaan penuh haru . Masuk ke dalam masjid nabawi memiliki makna tersendiri. Perasaan haru bercampur dengan rasa tawadduk kepada Allah disertai dengan penesalan atas segala dosa pada masa lalu, cukup banyak yang menyebabkan jamaah calon haji yang meneteskan air mata sambil berdoa.

 

Hal ini terjadi bukan saja dari jamaah calon haji dari Indonesia, tetapi juga yang berasal dari Turki, Iran, Irak, mesir , Inggeris dan lain-lain. Didasari dengan perasaan haru dan kerinduan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai pembawa risalah Islamiyah, para jamaah berebut salat di raudah. Disana mereka salat dengan rasa khusuk dan tawadu’ mengharap ampuan Allah. Mulai dari jam 2.oo dinihari, para jamaah sudah mulai berduyun-duyun untuk beribadah di masjid Nabawi tersebut. Tempatnya, begitu nyaman dan dapat menenteramkan hati. Raudah adalah tempat istimewa sebagaimana dijelaskan dalam hadis yang artinya “ antara rumahku dan mimbarku terdapat raudah (taman) dari taman-taman Surga dan mimbarku di atas telagaku” (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).

 

Di tempat ini para jamaah disunatkan untuk salat sunat berzikir dan membaca al-Quran menurut pendapat para ulama. Namun demikian, dalam kenyataannya masih sangat perlu disebarluaskan kepada semua umat Islam agar tidak melakukan perbuatan yang terlarang di dalamnya. Antara lain, melakukan perbuatan syirik seperti mencium mimbar atau tiang-tiang di raudah atau menggosok-gosokkan kain putih lalu mencium-ciumnya. Kuat dugaan orang yang melakukan perbuatan tersebut berkeyakinan bahwa perbuatannya dapat mendatangkan manfaat tertentu seperti kesehatan, rezeki dan sebagainya. Para polisi yang bertugas sebenarnya sudah melarang hal-hal yang terlarang, tetapi tetap saja ada yang melakukannya. Ada lagi suatu prilaku yang perlu diperbaiki sewaktu mau masuk ke ruang Raudah. Antara lain berdesakan dan mendorong-dorong jamaah lain sehingga ada yang terjepit dan terjatuh.

 

Tujuannya, memang sama-sama ingin mendapatkan tempat di Raudah, tetapi caranya yang tidak baik karena memuderatkan orang lain. Berbagai ketentuan yang disyariatkan baik cara mengerjakan ibadah dan adab berziarah, seyogianya sudah diajarkan kepada para jamaah calon haji di tanah air. Hal ini dapat dilakukan melalui pengajan rutin, kursus tertentu atau melalui KBIH 

masing-masing. Dengan demikian,pelaksanaan ibadahnya sesuai dengan sunnah Rasulullah dan cara berziarahnya tetap menampilkan akhlak yang terpuji. Berduyun-duyunnya umat Islam beribadah di masjid nabi antara lain termotivasi dengan keutamaan nya. Antara lain karena tanahnya dibeli dengan uang pribadi nabi sendiri dan beliau turut membangunnya. Dari sisi lainnya karena dalam suatu riwayat dinyatakan bahwa “ salat dimasjidku ini (masjid nabawi-pen) akan memperoleh kebajikan lebih baik dari seribu kebajikan dibanding dengan salat di masjid lainnya hadis riwayat Bukhari dan Muslim). 

 

Dengan hadis ini, wajarlah kalau umat Islam dari berbagai etnis dan Negara berlomba untuk beribadah di masjid tersebut. Selesai salat subuh yang sebelumnya dirangkai dengan salat tahajjud, para jamaah berlomba untuk ziarah ke makam Rasulullah Saw, yang dibelakangnya terdapat makamAbu bakar as-Shiddiq dan Umar bin Khatab. Menurut para Ulama posisi makam Rasul ada di depan dengan keadaan miring dan menghadap kiblat. Kepalanya ke arah barat dan kedua kakinya kea rah timur. Dibelakang setentang pundak beliau posisi makam Abu Bakar as-Shiddiq. Wajahnya menghadap kiblat yakni menghadap punggung nabi Muhammad Saw. Sementara posisi Umar bin Khattab berada di belakang pundak Abu Bakar as-Shiddik dan menghadap arah kiblat. Ziarah ke makam Rasul memang dianjurkan sesuai dengan hadis yang artinya “ siapa saja yang menziarahi kuburku, dia akan mendapat syafaatku (Hadis riwayat Daruqutni).

 

Tujuan ziarah adalah untuk mendoakan Rasululullah sembari mengucapkan lafaz assalau alaika ya Rasulallah . Di samping itu juga harus mengambil iktibar bahwa semua manusia pada akhirnya akan menemui ajalnya kembali kepangkuan Ilahi. Pengalaman menunjukkan bahwa di kala melewati makam Rasul tetesan air mata tiada terbendung, padahal secara faktual kita tidak pernah bertemu dengannya. Itulah, salah satu fakta dari kebesaran ajaran Ilahi yang dapat dirasakan oleh orang-orang yang memiliki rasa cinta dan kerinduan kepada nabinya.

 

Hal ini tidak dapat dirasionalisasikan, namun dapat dirasakan langsung oleh berbagai umat Islam dari berbagai etnis dan warna kulit. Perbuatan yang tidak boleh dilakukan adalah melakukan perbuatan syirik seperti mengusap-usap dinding makam baik dengan tangan maupun dengan kain yang senagaja dibawa dari tempatnya. Para petugas sebenarnya sudah dipersiapkan dengan baik untuk menjalankan tugasnya. Namun demikian, tetap ada saja para jamaah yang belum mempunyai aqidah yang benar. Akibatnya, ada yang melakukan kesalahatan yang seharusnya tidak terjadi. Ini, sekali lagi juga merupakan tugas kita bersama terutama para pemilik KBIH agar memberikan pembekalan aqidah yang benar.


Tags:
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori:



Arsip Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website