PWM Sumatera Utara - Persyarikatan Muhammadiyah

 PWM Sumatera Utara
.: Home > Berita > Catatan Perjalanan Ketua PWM Sumut

Homepage

Catatan Perjalanan Ketua PWM Sumut

Rabu, 14-11-2012
Dibaca: 2032

 

Kesan-kesan Dalam Melaksanakan Ziarah di  Madinah

Oleh : Asmuni

(Guru Besar IAIN SU, UMSU dan Ketua PWM Sumut)

 

Pada umumnya, para jamaah haji dari berbagai penjuru dunia selain melaksanakan ibadah di masjid nabawi juga melaksanakan ziarah selama di Madinah delapan hari. Di antara tempat yang diziarahi  adalah Baqi’ al-Gharqad. Di tempat ini dulunya adalah tempat yang banyak tunggul pohon dari berbagai jenisnya. Gharqad adalah jenis pohon berduri yang dulunya ada di sini , tetapi sekarang sudah tidak ada lagi. Tempat ini dijadikan kuburan bagi penduduk Madinah semenjak masa Rasul sampai sekarang.  Berdasarkan riwayat dari Aisyah pada suatu malam Rasulullah Saw keluar pada akhir malam dan menuju Baqi’ lalu mengucapkan “ keselamatan bagi kalian ,tempat orang mukmin, akan datang kepada kalian apa yang telah dijanjikan kelak. Dengan kehendak Allah kami pasti mengikuti kalian. Ya Allah ampunilah para penghuni kubur Baqi’ al-Gharqad ( hadis riwayat Muslim).

Kuburan Baqi’ al-Gharqad dikelilingi pagar tembok yang tinggi. Biasanya pagi hari dibuka dan para jamaah setelah keluar dari masjid nabawi berziarah ke tempat ini kecuali kaum wanita. Semua wanita tidak boleh ziarah ke kuburan Baqi’ al-Gharqad. Hal ini didasarkan kepada hadis nabi yang melarang wanita menziarahi kubur karena pada umumnya wanita tidak sabar dan menimbulkan rasa sedih yang mendalam bagi mereka ( hadis riwayat Turmuzi). Di pintu bagian depan kuburan baqi’ al-Gharqad sudah ada pengumuman bahwa ziarah bertujuan untuk mengingat akan kematian dan dilarang melakukan perbuatan yang dilarang oleh Islam. Para petugas juga sudah siap memberikan penjelasan dan pengamanan terhadap perilaku yang menjurus pada syirik. Namun demikian, masih ada penziarah yang melakukan perbuatan yang dilarang. Misalnya, mereka membawa tanah dan menaburkannya di kuburan. Ada lagi yang mengambil tanah kuburan lalu melumurkannya pada kedua tangan dan mukanya. Melihat yang demikian itu langsung para petugas melarangnya dan mengatakan perbuatan itu adalah syirik. Pada waktu melihat ada kuburan yang agak besar dan lebar, penulis bertanya kepada petugas tentang kuburan siapa itu. Dia dengan tegas mengatakan ghairu maklum artinya tidak tau kuburan siapa itu.  Tidak ada satu kuburanpun di Baqi’ al-Gharqad yang disemen permanen dan dibuat tulisan seperti di perkuburan di tanah air kita Indonesia karena hal itu dilarang keras oleh Rasulullah Saw.

Di tempat inilah dikuburkan Khalifah Usman, semua keluarga nabi termasuk isteri-isterinya kecuali Khadijah. Sahabat-sahabat lainnya juga dikuburkan di tempat ini. Namun demikian sewaktu penulis menanyakan di mana tempat kuburan para sahabat Nabi dan keluarganya, petugas dengan tegas menjawab; semua ada di sini tapi tidak ada yang tau mana tempatnya. Sewaktu penulis bertanya lagi tentang apa tanda masing-masing kuburan sahabat, petugas menjawab tidak ada tanda apapun di sini tapi semua ada di tempat ini.

Seharusnya, semua  umat Islam di seluruh dunia meneladani kuburan yang ada di Baqi’ al-Gharqad tersebut. Jika hal ini dapat dilaksanakan, banyak aspek maslahat yang dapat dicapai. Antara lain, tidak memerlukan lahan yang luas ,karena setelah kurang lebih dua tahun sudah dapat dimasukkan mayat orang lain. Diperkirakan dalam tenggang waktu tersebut mayat terdahulu sudah tinggal tulang belulang saja dan sudah dapat dikumpulkan tersendiri,  sehingga mayat yang lain dapat menempati tempat yang sama. Jadi, antara orang yang sudah meninggalpun diajari untuk bertoleransi. Dia tidak boleh sombong dan tidak peduli dengan orang lain, dan tempat tersebut selama-lamanya untuk dirinya sendiri yang akibatnya  menimbulkan kesusahan. Jika pola perkuburan Baqi’ al-Gharqad tersebut dapat diterapkan di suatu daerah/ kota, maka kuburan bagi umat Islam cukup satu dalam satu daerah/kota seperti di Madinah. Semenjak zaman nabi sampai sekarang kuburan Baqi’ itu masih bisa menampung mayat yang ada dan tidak pernah penuh. Itulah contoh yang jelas bahwa ajaran itu simple dan sangat mudah diterapkan dan tidak menyusahkan umatnya.

Namun demikian, banyak umat Islam sendiri yang tidak mau menerima sepenuhnyaajaran Islam yang benar, sehingga menimbulkan berbagai persoalan sosial. Tradisi atau adat istiadat lebih dijadikan pedoman dalam kehidupan walaupun sering membawa kesulitan. Kuburan di mana-mana harus dibeton dengan biaya besar dan bahkan dibuat atapnya supaya mayatnya tidak kedinginan atau kehujanan. Kalau menjelang puasa, malah dibawakan buah-buahan, air dan wangi-wangian. Seolah-olah arwahnya hidup lagi lalu makan pisang raja yang dibawa familinya, atau minum air yang ada. Semua perbuatan tersebut termasuk perbuatan yang tidak diajarkan oleh Islam dan merupakan warisan kepercayaan nenek moyang yang harus direformasi.

Maslahat lainnya, di kuburan Baqi’ al-Gharqad tersebut tidak ada tanda-tanda istimewa antara kuburan satu sahabat dengan kuburan  sahabat lain, termasuk kuburan keluarga Nabi sendiri. Dengan demikian, tidak ada membuka peluang orang lain  berbuat syirik dengan meminta-minta sesuatu kepada arwah orang yang sudah meninggal. Para petugas yang ada di sana, juga memberikan informasi yang jelas dan tegas melarang orang-orang yang akan berbuat syirik. Merupakan kewajiban bersama untuk menanamkan aqidah yang benar berdasarkan kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya, sehingga tidak melakukan prilaku yang salah. Menanamkan aqidah yang benar memang tidak mudah, karena adanya pengaruh keyakinan animisme, dinamisme dan politeisme pada masa lalu. Hal ini, tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi terjadi di kalangan umat Islam di seluruh dunia. Karenanya, aktualisasi dakwah Islam yang bersumber pada al-Quran dan Sunnah Rasul merupakan kewajiban yang tidak boleh diabaikan.

Tempat lain yang dijadikan tempat ziarah adalah masjid Quba. Masjid ini, mempunyai keutamaan dan diberitakan bahwa Rasulullah Saw sewaktu hijrah ke Madinah masuk dari arah masjid Quba. Menurut satu riwayat, dikatakan bahwa Rasulullah Saw biasa mendatangi masjid Quba baik dengan berkendaraan atau berjalan kaki, beliau salat di dalamnya (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim). Para jamaah haji yang berkunjung ke masjid ini, pada umumnya salat sunat dua rekaat, lalu berangkat ke Bukit uhud. Di sana para jamaah pada umumnya naik ke bukit Uhud untuk menyaksikan langsung tempat Rasulullah Saw dan para sahabat perang melawan para pasukan kaum musyrikin. Terik matahari yang sangat panas mencapai 40 derjat, tetapi para jamaah tetap antusias menaiki Gunung Uhud tersebut. Menurut catatan sejarah, para sahabat yang gugur pada perang uhud adalah; Hamzah Bin Abdul Muthalib, Mush’ab bin Umair, Abdullah bin Amr, dan lain-lain. Di antara sekian banyak para syuhada’ yang gugur hanya kuburan Hamzah dan anak saudara perempuannya yaitu Abdullah bin Jahsyin yang diketahui. Di sebelah selatan makam hamzah terdapat tumpukan batu  disebut-sebut sebagai makam para syuhada’ lainnya. Di sebelah barat juga terdapat tumpukan batu-batu yang juga diindikasikan sebagai makam para syuhada.

Menurut satu  riwayat bahwa Rasulullah Saw ketika ditanya apakah batu-batu gundukan itu makam para syuhada’, beliau menjawab ya benar. Namun demikian, beliau tidak pernah mengajarkan doa-doa tertentu dalam menziarahi makam para syuhada’. Doa ziarah sama saja seperti doa ziarah lainnya. Namun demikian. masih ada para pengunjung yang berdoa tidak sesuai dengan tuntunan yang ada.   Tampaknya, malah ada jamaah yang mengkultuskan kuburan para syuhada’ tersebut. Lagi-lagi persoalan adab ziarah menurut Islam harus dimasyarakatkan dengan benar. 

Sesudah dari Bukit Uhud kami para jamaah  menuju masjid Kiblatain. Di sana kami  salat sunat dua rekaat,dan masjid tersebut mempunyai keistimewaan tersendiri. Menyaksikan tempat-tempat bersejarah tersebut, hikmahnya menimbulkan kesadaran tentang betapa kekuasaan dan keagungan Allah yang telah menciptakan berbagai peristiwa bersejarah. Jiwa tauhid diharapkan dapat menguasai segala aspek kehidupan, sehingga dapat mewujudkan prilaku yang positif. Walla a’lam bis shawab.

 


Tags:
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori:



Arsip Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website