PWM Sumatera Utara - Persyarikatan Muhammadiyah

 PWM Sumatera Utara
.: Home > Berita > Majelis Tabligh PWM Sumut Hadiri Rakernas di Surakarta

Homepage

Majelis Tabligh PWM Sumut Hadiri Rakernas di Surakarta

Sabtu, 23-09-2023
Dibaca: 78

Surakarta, PWM Sumut - Majelis Tabligh PW Muhammadiyah Sumatera Utara menghadiri rapat kerja nasional ( Rakernas) yang berlangsung di Surakarta. Rakernas yang diikuti Pimpinan Wilayah Muhammadiyah se-Indonesia itu berlangsung di Hotel Syariah, Surkarta dan dibuka secara resmi oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof., Dr. Haidar Nashir. Rakernas yang berlangsung 22-23 September itu dihadiri 150 utusan dari seluruh Indonesia.

Muhammadiyah Sumatera Utara mengutus, Wakil Ketua PWM Sumatera Utara, Dr. Ali Imran yang juga Koorbid Majelis Tabligh dan Ketua Majelis Tabligh Dr. Sapri. Diharapkan dengan hadirnya dua pimpinan Muhammadiyah Sumut itu dapat mengimplementasikan kebijakan-kebijakan dan Program Tabligh Majelis Tabligh Nasional. Rakernas Majelis Tabligh mengusung tema " Kolaborasi Dakwah Digital dan Mesifikasi Mublaigh Muda dalam Merekat Jamaah dan Memakmurkan Masjid"

Demikian disampaikan Wakil Ketua PWM Sumut Dr. Ali Imran kepada jurnalis infoMu dari Kota Surakarta, Sabtu (23|9).

Menyebarkan Islam yang Menggembirakan

Membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Majelis Tabligh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah pada (22/9), Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir menyebut bahwa rakernas ini babak baru Majelis Tabligh PP Muhammadiyah.

Haedar Nashir menyampaikan, Majelis Tabligh PP Muhammadiyah harus mampu menyebarkan Islam yang menggembirakan sesuai dengan statuten Muhammadiyah. Untuk menyebarkan Islam dari rahim dakwah Muhammadiyah dalam pandangan Haedar memang harus dilakukan secara fleksibel.

Terkait dengan sambutan yang disampaikan oleh Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah tentang fleksibilitas dakwah untuk merekat persatuan umat, Haedar mengaku terkejut dan senang. Bahkan dia menyebut Rakernas ini sebagai babak baru Majelis Tabligh Muhammadiyah.

“Saya terkejut dan tidak menyangka, bahwa ini adalah babak baru dari Majelis Tabligh dan itulah yang semenjak dulu dilakukan oleh Majelis Tabligh, harus lebih jauh, harus lebih fleksibel,” ungkap Haedar.

 

Lebih-lebih menghadapi zaman yang terus berubah secara dinamis. Dalam konteks Indonesia, Islam hadir di Indonesia secara sosiologis patut disebut spektakuler. Pasalnya, sebelum Islam datang mayoritas penduduk Indonesia memeluk agama Hindu. Namun setelah Islam datang, Indonesia mayoritas muslim.

Dalam perkembangan Islam di Indonesia dapat dilihat dari dua sisi, yaitu Islam kultural dan struktural. Islam kultural nanti di kemudian hari menjadi organisasi-organisasi dan berbagai aliran berbasis masyarakat, sementara Islam struktural menjelma menjadi kerajaan-kerajaan.

Menyinggung tentang tema Rakernas Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, “Kolaborasi Dakwah Digital dan Masifikasi Muballigh Muda dalam Merekat Jamaah dan Memakmurkan Masjid.” Haedar mengungkapkan data bahwa generasi milenial sekarang memiliki kecenderungan yang extrim berbeda dari generasi sebelumnya.

Pada kesempatan ini, dia berharap akan ada mubalig Muhammadiyah yang bergerak secara khusus untuk menggarap komunitas milenial dengan berbagai segmentasinya. Haedar juga berpesan supaya jangan menghindari atau bahkan mengingkari komunitas khusus, seperti kelompok abangan dan seterusnya.

Fleksibilitas Dakwah Muhammadiyah di Arus yang Berubah

Sementara itu, Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Fathurrahman Kamal dalam sambutannya menyampaikan dunia telah berubah, maka metode atau cara berdakwah yang dilakukan oleh mubalig Muhammadiyah meniscayakan perubahan. Perubahan lebih-lebih terjadi pasca terjadi pandemi covid-19.

“Dari tahun-tahun, budaya mahasiswa berubah betul. Anak-anak milenial ini juga berubah, maka pilihannya adalah berubah jika tidak ingin ditinggalkan,” tuturnya.

Dalam pandangan Fathurrahman Kamal, dalam menghadapi perubahan yang radikal tersebut Muhammadiyah memiliki bekal yang unik, yaitu purifikasi dan dinamisasi. Dan dalam wilayah dakwah itu bagian dari kehidupan yang dinamik, oleh karena itu dibutuhkan fleksibilitas dalam berdakwah untuk merekat umat.

Kedua bekal tersebut juga bisa digunakan dalam membingkai mubaligh Muhammadiyah dalam membangun relasi lintas iman. Dalam pandangannya, tidak ada persoalan mubalig Muhammadiyah menjalin persaudaraan lintas iman.  Lebih-lebih dalam relasi ke sesama internal umat Islam.

Mubalig Muhammadiyah diminta supaya tidak merigidkan ketika memandang perbedaan atau khilafiyah. Sebab, dikhawatirkan perbedaan-perbedaan yang bukan esensial menjadi sesuatu yang kaku dan berpotensi menimbulkan perpecahan.

“Ada hal-hal yang signifikan di masyarakat kita, dan masyarakat membutuhkan jawaban yang luwes itu, tetapi kita malah memberi jawaban yang ketat,” imbuhnya.

Rektor UMS, Sofyan Anif dalam menyampaikan, sebagai tuan rumah menyambut agenda ini dengan optimis. Pihaknya juga menyiapkan Edutorium UMS sebagai lokasi tablig akbar untuk pamungkas Rakernas Majelis Tabligh ini pada, 24 September 2023.

“Untuk memobilisasi Muhammadiyah Jawa Tengah relatif mudah, lebih-lebih jika lokasinya di selenggarakan di UMS,” tuturnya.

Dia berharap dari Rakernas Majelis Tabligh PP Muhammadiyah menjadi corong hasil Muktamar 48, yaitu Risalah Islam Berkemajuan (RIB). Gerakan tabligan diharapkan untuk membumikan RIB, lebih-lebih pada kalangan warga Muhammadiyah di cabang dan ranting.

Acara kemudian dilanjutkan dengan Pelantikan Korps Mubaligh Muhammadiyah, oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir didampingi oleh Ketua PP Muhammadiyah Saad Ibrahim, Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah Fathurrahman Kamal, dan Rektor UMS Prof. Sofyan Anif. (Syaifulh)


Tags:
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori:



Arsip Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website