PWM Sumatera Utara - Persyarikatan Muhammadiyah

 PWM Sumatera Utara
.: Home > Berita > Catatan Kenangan: Muhammadiyah, Nyata dan Mendasar

Homepage

Catatan Kenangan: Muhammadiyah, Nyata dan Mendasar

Selasa, 04-12-2012
Dibaca: 1895

Oleh : Ali Soekardi, Wkl Penjab Harian Analisa - Medan

 

Orang beragama adalah orang yang merasakan keindahan, rasa tenteram, damai karena hakikat agama itu seperti musik. Mengayomi dan menyelimuti. Karena itu agama harus kita pelajari. Tidak hanya kita patuhi tanpa kita ketahui dasar hukumnya. Itu namanya taklid, mengikuti sesuatu secara membabi buta. (Sang Pencerah 183). Itulah jawaban Kiai Dahlan ketika ada seorang santrinya (murid-nya) bertanya kepadanya : Yang disebut agama itu sebenarnya apa - Pertanyaan yang tanpa tedeng aling-aling 

itu diucapkan Jazuli seorang bocah ketika mengikuti pengajian di Langgar Kidul, Yogjakarta, pimpinan serta gurunya Kiai Haji Ahmad Dahlan yang baru kembali belajar selama limatahun di Mekah.

 

Ketika muridnya itu bertanya, dia tidak langsung menjawab dengan kata-kata. Dia mengambil biola yang tergantung di dinding dan menggeseknya dengan baik sekali. Sang kiai memainkan sebuah lagu. Para santrinya terpesona.

" Nah, apa yang kalian rasakan setelah mendengarkan musik tadi?", tanya Kiai setelah usai menggesek biolanya.

"Aku merasakan keindahan, Kiai," jawab Daniel.

"Seperti mimpi rasanya," sambung Sangidu.

"Semua persoalan seperti mendadak hilang. Tenteram," tambah Jazuli.

"Damai sekali !", tukas Hisya.

 

K.H.Ahmad Dahlan pun menjelaskan kepada santrinya, bahwa seharusnya demikianlah kita beragama, merasa tenteram, damai, aman, dan terlindungi. Justru agama itu mengayomi dan menyelimuti.

Pada mulanya para santrinya memang merasa ragu dan bertanya : Bagaimana mungkin seorang kiai memegang alat musik bangsa Barat yang kafir ?

"Kenapa main musik londo, Kiai ?", tanya Jazuli.

"Memangnya kenapa ?".

"Bukannya alat Musik itu bikinan orang kafir ?", sanggah Daniel.

" Orangnya yang kafir, alat musiknya tidak ada yang Muslim atau kafir," jawab Kiai Dahlan sambil kembali menggesek biola perlahan-perlahan, (Sang Pencerah, 181)

 

Masalah Kiblat

 

SELAMA lima tahun belajar di Tanah Suci Mekah, KH Ahmad Dahlan banyak mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Tentu saja ilmu agama Islam dengan, segala seluk-beluknya. Selain itu dia pun mempelajari ilmu falaq dan hisab. Salah seorang gurunya yang sangat menguasai bagaimana cara melihat posisi bulan, bintang, serta benda-benda langit lainnya dalam menentukan waktu tertentu dan posisi sebuah tempat adalah Syaikh Jamil Jambek dari Minangkabau.

 

Setelah kembali ke Yogjakarta KH Ahmad Dahlan banyak melihat masjid-masjid di pulau Jawa termasuk Masjid Gedhe Kauman yang berada di dalam area Keraton Yogjakarta arah kiblatnya kurang tepat, yaitu ke arah Ka’bah yang berada di Masjidil Haram di Mekah.

 

Pada umumnya kiblat masjid-masjid itu hanya ke barat. Ini kurang tepat. Berdasarkan ilmu falaq dan hisab plus kompas yang dimilikinya, maka setelah diteliti dan dihitungnya maka posisi arah shalat harus diubah miring 24 derajat ke arah Barat Laut. Hal untuk mengubah arah kiblat ini memang bukan mudah. Benar saja, setelah KH Dahlan membicarakannya dengan iparnya Mas Saleh dan Mas Noor keduanya menolak.

"Ini masalah sangat serius, Dahlan", ujar Mas Noor.

"Masjid Gedhe sudah berdiri lebih dari satu abad lamanya sejak Ngarsa Dalem Ha-mengkubuwono I memerintah. Kalau mau menyalahkan arah kiblat Masjid Gedhe, itu artinya bukan saja kau menyalahkan Kiai Haji Wiryokusumo yang membangun masjid ini, melainkan juga meremehkan para Ngarsa Dalem sebagai Khalifatullah Panatagama," ujar Mas Noor, (Sang Pencerah, 201).

 

Tapi keduanya menyarankan masalah ini dibawa ke dalam rapat para kiai di Masjid Gedhe. Seperti sudah diduga usul KH Ahmad Dahlan pasti ditolak, meskipun dia dengan jelas menjelaskan dengan memakai peta dan kompas. Bahwa Pulau Jawa itu terletak di Timur. Jika kiblat hanya diarahkan ke Barat, maka itu artinya ke Afrika. Jadi tidak tepat. Karena kota Mekah tempat Ka’bah berada bukan di Afrika.

 

Dahlan juga mengatakan perubahan kiblat pernah dilakukan di zaman Nabi Muhammad SAW, yang semula ke arah Masjidil Aqsa di Jerusalem menjadi ke Ka’bah di kota Mekah. Namun pendapat KH Ahmad Dahlan ini ditolak. Apalagi dia menggunakan alat seperti peta dan kompas yang dianggap buatan kafir (begitulah pendapat ketika itu). Meskipun KH A.Dahlan pun bertanya : Perjalanan haji kita yang menggunakan kapal laut buatan orang-orang kafir? Bukankah itu berarti haji yang kita lakukan juga tidak sah (Sang Pencerah, 211).

 

Besar Dan Modern SAYA terkenang pada cuplikan di atas yang terdapat, dalam novel "Sang Pencerah" karya Akmal Nasery Basral dan film dengan judul yang sama karya sutradara Hanung Bramantyo, karena teringat pada upacara besar memperingati milad (hari lahir) Muhammadiyah yang ke seratus (satu abad). Peringatan itu dilakukan di beberapa kota besar terutama di Jakarta pada hari Minggu 18 November 2012.

 

Lewat TV saya melihat Ketua Umum Muhammadiyah, Din Syamsuddin, berkeliling Gelora Bung Karno di mobil terbuka dengan diguyur hujan deras sambil melambaikan tangannya petanda memberi salam kepada ratusan ribu para hadirin yang menghadiri upacara tersebut. Barangkali tidaklah berlebihan jika dikatakan, bahwa Muhammadiyah adalah organisasi sosial kemasyarakatan berdasarkan Islam yang terbesar di Indonesia. Bukan itu saja, justru organisasi yang didirikan oleh Kiai Haji 

Ahmad Dahlan (1868-1923) yang nama aslinya Muhammad Darwis (Sri Sultan Hamengku Buwono VII juga memberinya nama Raden Ngabei Ngabdul Darwis, tapi ketika memberangkatkannya ke Mekah menukar namanya menjadi Ahmad Dahlan), merupakan organisasi modern berbasis Islam yang terbesar di seluruh wilayah Nusantara.

 

Walaupun ketika mendirikan Muhammadiyah usia KH Ahmad Dahlan telah mencapai 40 tahun lebih, namun sampai kini setelah organisasi tersebut berusia satu abad, tak dapat dimungkiri bahwa Muhammadiyah selain bergerak di bidang dakwah Islam, juga bergerak dengan sangat aktif di bidang atau dalam dunia yang nyata dan mendasar.

 

Apa itu? Berbeda dengan organisasi sejenis lainnya, kegiatan nyata Muhammadiyah boleh dikata begitu menonjol dalam bidang pendidikan, kesehatan, kewanitaan, generasi muda, media dan kepustakaan. Dalam usianya yang sudah satu abad, Muhammadiyah memiliki ribuan lembaga pendidikan dari tingkat TK, SD, SMP, SMA (madrasah ibti-daiyah, tsanawiyah, dan aliyah), pesantren dan perguruan tinggi yang tersebar di seluruh Tanah Air. Juga ratusan rumahsakit, klinik, poliklinik. Begitu pula rumah yatim piatu, rumah jompo tidak sedi-kit jumlahnya. Ribuan masjid dan mushala. Di bidang media Muhammadiyah pun tidak ketinggalan.

 

Tahun 1914 KH. Ahmad Dahlan telah menerbitkan majalah Suara Muhammadiyah. Di negeri ini pernah ada suratkabar harian bernama Mercu Suar yang berafiliasi kepada Muhammadiyah. Tidak Berpolitik Muhammadiyah memang bukan organisisasi politik. Juga tidak pernah menjadi organisasi politik, Namun tokoh-tokoh Muhammadiyah banyak yang menonjol di bidang politik dan cukup menentukan di negeri ini.

 

 

Meskipun tanpa menjadi partai politik dan memegang kekuasaan, namun kiprah dan aktivitas organisasi ini dirasakan sangat nyata dan mendasar memenuhi kebutuhan rakyat banyak. Itulah pendidikan, terutama pendidikan rohani (dakwah Islam), Kesehatan, memajukan generasi muda dan kewanitaan, penerangan (media) .

 

Kiprah Muhammadiyah yang senantiasa untuk kepentingan rakyat banyak tak terlepas dari perjuangan bangsa merebut kemerdekaan dan memajukan bangsa. Menurut Din Syamsuddin, Muhammadiyah telah banyak berkontribusi nyata buat bangsanya, bangsa Indonesia, melalui beragam amal usaha. Dalam memasuki Abad kedua, Muhammadiyah akan berbenah diri dengan melakukan revitalisasi usaha secara kualitatif dan kuantitatif. Muhammadiyah akan lebih mendekatkan diri kepada masyarakat yang kini mulai termarginalisasi, melalui pemberdayaan masyarakat sipil dan madani yang mengambil jarak dengan negara. Meskipun demikian, akan tetap membuka diri untuk bermitra dan tidak berafialiasi dengan partai politik manapun. Insya Allah.***  (shd-sumber : analisa 2 Des 2012)


Tags:
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori:



Arsip Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website