PWM Sumatera Utara - Persyarikatan Muhammadiyah

 PWM Sumatera Utara
.: Home > Berita > "Teropong" Gelar Diklat Jurnalistik di Kampus UMSU

Homepage

"Teropong" Gelar Diklat Jurnalistik di Kampus UMSU

Senin, 21-10-2013
Dibaca: 2520

Medan, (Analisa). Media penerbitan pers mahasiswa atau pers kampus, seyogianya tampil beda, terutama dari segi isi. Media pers mahasiswa harus edukatif. Artinya, tampil dengan sajian yang mengandung unsur edukasi dan inovatif yaitu informasi iptek terbaru atau penemuan baru. Tingkat kritis media itu juga perlu diperhatikan. Begitu ungkap Sekretaris Redaksi ‘Analisa’ War Djamil, SH di depan peserta Diklat Jurnalistik yang diselenggarakan pers mahasiswa ‘Teropong’ di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Jumat (18/10).

Dalam materi dengan topik “Etika Menulis”, dinyatakan agar dalam penulisan berita dan artikel, tetap memperhatikan Kode Etik Jurnalistik (KEJ). Karena pers mahasiswa belum mempunyai KEJ khusus etika pers. Antara lain, berita tidak beritikad buruk, ada keseimbangan, tidak terjadi pembohongan publik ataupun merendahkan orang cacat. Begitu pula dalam artikel, ungkapnya. Jangan membuka aib seseorang dan fitnah ataupun cabul. Khusus untuk berita dan tulisan terkait hukum, apalagi dalam proses hukum, kiranya diperhatikan asas praduga tak bersalah. Seseorang dianggap belum bersalah, sebelum adanya putusan berkekuatan hukum tetap atau inkracht.

“Hindari trial by the press atau berita yang menghakimi” ucap Direktur Diklat PWI Sumut ini dengan gamblang, seraya menambahkan, bukan cuma pers mahasiswa tetapi pers umum patut tetap menjaga agar identitas korban kejahatan susila dan identitas anak-anak di bawah umur sebagai pelaku kejahatan, tidak diungkap secara vulgar.

Dari sisi lain, War Djamil menggarisbawahi agar media pers mahasiswa dalam menyiarkan kritik, tetap dalam bingkai kritik konstruktif, termasuk dengan kalimat yang santun, tidak kasar. “Ingat, aktivitas pers mahasiswa adalah kelompok intelektual. Jadi, karya jurnalistiknya juga harus intelek. Ini bagian dari ciri pers mahasiswa, katanya. Wakil Rektor III (Kemahasiswaan) UMSU H.M Arifin Gultom,SH, M.Hum saat membuka diklat itu mengharapkan, agar pers mahasiswa dapat menjadi media yang memberi tambahan ilmu bagi anggotanya.

Dan, media ‘Teropong’ kritis, tetapi tetap dalam etika dan hukum. Tujuan diklat, selama dua hari ini menurut Rizalul Ghaibi Lubis, untuk memberi pelatihan dasar bagi aktivis pers mahasiswa ‘Teropong’. Dalam usia 12 tahun, Teropong melakukan berbagai kegiatan, termasuk pelatihan jurnalistik. Hal yang sama juga disampaikan perwakilan Forum Alumni Teropong UMSU, Suharmansyah S.Sos M.Ikom.

Sementara pemateri lainnya, Nirwansyah Sukartara, SH, dengan materi yang menguraikan tentang Teknik Dasar Menulis Berita menyatakan, dalam menulis berita yang perlu diperhatikan adalah sistem piramida terbalik. Piramida terbalik ini meliputi tiga bagian, lead berita, keterangan isi, dan keterangan pendukung. Lead berita jurnalistik harus mengandung unsur apa (what), mengapa (why), siapa (who), dimana (where), kapan (when), dan bagaimana (how) atau yang lebih sering dikenal 5W+1H. “Dalam berita jurnalistik, unsur 5w+1H ini harus ada. Semua unsurnya tidak harus terdapat pada paragraf pertama (lead) berita, pada paragraf selanjutnya unsur 5W+1H ini juga bisa dilanjutin,” katanya. *** ns-ans/mpisu


Tags:
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori:



Arsip Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website